Free Website Hosting

Kamis, 11 November 2010

SOLUSI MEMPERBAIKI KERETAKAN RUMAH TANGGA


Pernikahan tidak hanya didasari persaan Cinta, lebih dari itu yaitu KOMITMEN.
Saat pertama seseorang menikahi istrinya pasti karena cinta, tetapi cinta yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu.
Hanya Komitmen yang membuat cinta manggebu-gebu menjadi Cinta yang matang dan dewasa. Lalu.. Apa yang disebut dengan Cinta Sejati ?? Cinta yang sifatnya turun ke bawah, yakni: cinta yang tidak memikirkan untung rugi, cinta yang rela berkorban demi seseorang yg dikasihinya. Inilah cinta yang harus diusahakan dalam setiap Pernikahan.
Ada orang berkata “aku cinta kamu”.. berarti : “aku ingin memilikimu & biarlah kamu kumiliki” adalah merupakan cinta yang egois karena hanya bergantung pada perasaan seseorang. Sebab perasaan akan dimakan oleh waktu dan bisa saja perasaan ini muncul pada diri orang lain/pasangan orang lain.
Suasana hati mudah berubah, kondisi fisik semakin tua dan tidak menarik, komitmenlah yang menyelamatkan pernikahan.
Berani melakukan sebuah “tindakan” baik dalam keadaan suka maupun tidak untuk mengasihi pasangan & mempertahankan pernikahan yang telah Tuhan anugerahkan.
Tak ada pernikahan yang tak memiliki masalah. Bagaimana kedua individu saling menyikapi tiap masalah, itulah yang menentukan kelangsungan dan keutuhan sebuah pernikahan. Kehidupan perkawinan yang adem ayem selamanya bisa jadi hanya mimpi belaka. Karena, seharmonis apa pun hubungan suami-istri, pasti ada kerikil-kerikil kecil yang menghalangi. Tapi, itulah bumbu kehidupan yang harus dinikmati!
Terkadang, tak semua sikap pasangan memberi efek positif dalam pernikahan. Berikut beberapa sikap dalam menyikapi masalah dalam pernikahan yang diungkap psikolog John M. Gottman dan Julie Schwartz Gottman.
1. Mengkritik Dengan Cara yang Salah
Memberi masukkan mengenai kekurangan pasangan bukanlah hal yang buruk. Namun ada cara-cara yang baik untuk melakukannya. Mengkritik dengan cara kasar seperti ‘Kamu tidak pernah membahagiakan aku!’, hanya akan membuat pasangan tersinggung. Yang paling parah, pertengkaran itu bukannya selesai, namun makin meruncing, karena Anda dan pasangan saling menyalahkan.
Gunakan cara yang lebih halus untuk menyampaikan kegundahan Anda. Lebih baik pilih cara lebih persuasif seperti, “Aku pasti senang sekali kalau kamu lebih perhatian”.
2. Penyesalan
Saat bertengkar, jangan sekali-kali mengungkapkan bahwa Anda menyesal telah mencintai atau menikah dengan pasangan, karena itu akan sangat menyakitinya. Alhasil, masalah yang ada bukannya selesai, namun malah bertambah buruk.

3. Menutup Diri

Komunikasi selalu menjadi resep utama dalam menyelesaikan konflik apapun termasuk dalam pernikahan. Saat Anda membuat dinding batasan dengan pasangan. Ketika menghadapi konflik, otomatis Anda menutup kemungkinan untuk menyelesaikan masalah.
Mungkin dari luar, terlihat tak ada pertengkaran, namun ‘perang dingin’ antara Anda dan pasangan hanya akan menumpuk masalah tanpa menyelesaikan. Untuk itu, menghindari 3 hal di atas yang dapat menyebabkan konflik dan keretakan hubungan suami istri sangatlah perlu.
Solusi
Didalam rumah tangga tidak selamanya berjalan dengan baik. Terkadang pertengkaran terjadi dan yang paling penting kita memiliki solusi dalam setiap masalah yang kita hadapi. Demikian halnya dikeluarga saya. Kadangkala kami juga bertengkar dan ribut. Pernah satu hari kami bertengkar.
Disaat pertengkaran kami sudah memanas, istri saya mengatakan. "Mas, kayaknya kita belum sholat. Berjamaah yuk..? Ntar abis ini kita lanjutkan lagi." . Ditengah kesal campur dongkol saya bergegas untuk mengambil air wudlu. Dan kamipun sholat berjamaah.
Selesai sholat berjamaah, istri saya bertanya, "Mas, tadi masalahnya apa?" Mendengar pertanyaan itu saya sempat berpikir sejenak. "Tadi masalahnya apa ya?" Tanya saya kembali. Sontak kami berdua tertawa. Ternyata salah satu solusi pertengkaran itu mudah, yaitu sholat berjamaah. Coba deh..
Apa pun yang menjadi topik sensitif yang "tabu" diobrolkan bersama pasangan, dengan alasan menghindari suasana yang tidak kondusif, kita tidak akan bisa menyingkirkannya selamanya. Mood yang tidak bagus, tekanan dalam pekerjaan, atau masalah lainnya, bisa menjadi pemicu pertengkaran. Salah omong sedikit saja mampu menyinggung harga diri kita.
Cara terbaik menyikapi setiap pertengkaran adalah dengan menghadapinya. Jangan menghindar! Menghindar bukanlah solusi, melainkan sebuah penundaan. Jangan takut untuk bertengkar, karena itu hal yang wajar. Justru, perkawinan akan terasa hambar tanpa adanya beda pendapat, salah paham, dan perbedaan prinsip yang menjadi bumbu keharmonisan.
Justru jadikanlah momen itu untuk ajang saling mengenal lebih dalam lagi. Jangan bersedih, karena setiap kali sebuah pertengkaran berakhir dengan damai, kita menaiki satu level baru dalam sebuah kehidupan rumahtangga. Tapi juga jangan menutup diri dari kenyataan. Karena pertengkaran yang terus-menerus terjadi, lebih lagi tanpa adanya sebab yang jelas, bisa menjadi tanda bahwa hubungan sedang tidak sehat. Lakukan cara apa pun untuk memperbaikinya. Tapi, jika menemui jalan buntu, ingatlah bahwa kita pantas dan berhak mendapatkan hidup yang berkualitas sebagai seorang individu.
Bukalah mata lebar-lebar! Di satu sisi kita harus tetap berpikir positif, di sisi lain kita juga jangan mengharapkan sesuatu bagaikan punuk merindukan bulan, mengangankan kehidupan rumahtangga yang happily ever after, layaknya dongeng Cinderella, Sleeping Beauty, atau Snow White. Pertengkaran itu akan selalu ada dan dialami setiap pasangan suami-istri, namun dengan selalu berpikir positif, pertengkaran itu bisa dijadikan motivasi untuk mewujudkan kehidupan perkawinan yang lebih baik lagi.

1. Menghindarkan rumah tangga dari segala perkara yang menjadi sebab terjadinya thalak. Baik sebab yang datang dari pihak suami, isteri, keluarga atau pihak lain yang ingin membuat keruh suasana rumah tangga.
2. Sebelum menikah hendaknya berfikir masak-masak dan bermusyawarah dengan orang yang ahli atau memiliki pengalaman, harus memperlajari sebaik mungkin kondisi calon isteri atau suami dan jangan hanya tertarik dengan penampilan lahir atau ketampanan saja, sehingga menghasilkan pandangan yang kerdil dan tidak menyentuh kepada pokok masalah.
3. Bermusyawarah dengan orang lain setelah menikah dan jika terjadi pertengkaran serta percekcokan di antara suami dan isteri
4. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, beramal salih, membaca, mendengarkan berita-berita bermanfaat, kaset-kaset murattal dan ceramah agama yang bisa menambah kwalitas dan mutu keimanan kepada Allah, dan tidak terbawa oleh budaya rusak dan akhlak tercela, hingga bisa bersabar dan tabah dalam menghadapi berbagai sikap semena-mena dan penelantaran hak-hak rumah tangga dari masing-masing pihak, karena semua itu akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih bagus.
5. Jika ada orang yang tidak mengenal etika agama dan akhlak sehingga hak-haknya terlantar, tidak bisa bersyukur terhadap nikmat dan pemberian, maka hendaknya bersikap arif dan bijak untuk kepentingan masa depan rumah tangga, jangan sampai muncul berbagai bentuk tindakan tidak terpuji yang bisa merusak keutuhan rumah tangga.
6. Mengambil pelajaran dari kasus dan peristiwa perceraian orang lain, mempelajari berbagai sebab dan faktor yang mengakibatkan percekcokan sampai terjadi perceraian, sebab orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari peristiwa orang lain, dan orang yang celaka adalah orang mengambil pelajaran dari peristiwa yang menimpa diri sendiri.
7. Bersikap lapang dada untuk menerima kekurangan dan kelemahan masing-masing serta berusaha menumbuhkan rasa kasih sayang dan sikap pemaaf. Dan semua pihak yang dimintai maaf hendaklah segera memberikan maaf, agar hati kembali bercahaya dan bersih dari perasaan jengkel, kesal dan dengki.
8. Keyakinan seseorang bahwa dia selalu berada di pihak yang benar sehingga tidak berusaha mencari kekurangan dan kesalahannya, serta selalu marah melihat kekurangan yang lain dan tidak mau menerima nasehat dan pengarahan orang lain, selalu berusaha membela diri atau menyerang pihak lain, maka demikian itu membuka pintu percekcokan dan pertengkaran serta enggan berdamai.
9. Sebelum menikah hendaknya melihat kepada wanita yang dilamarnya karena demikian sebagai jembatan dan sarana menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dengan orang yang belum dikenal
11. Jika seorang suami ingin memiliki isteri yang berakhlak mulia, hati yang penuh dengan rasa cinta, selalu tanggap dan suka berhias untuk suami, hendaklah dia juga berlaku seperti itu agar hatinya terpengaruh dan selalu menaruh rasa hormat.
12. Menjauhkan diri dari pandangan yang diharamkan, karena yang demikian itu merupakan panah iblis yang bisa menjerumuskan diri kepada perbuatan haram, atau sang suami kurang puas dan merendahkan isteri sehingga muncul percekcokan dan pertengkaran.
13. Telpon bisa menjadi sebab segala bentuk kehancuran dan musibah rumah tangga, karena membawa hanyut wanita pelan-pelan ke dalam kerusakan dan fitnah, hingga berani keluar rumah sesuka hatinya tanpa ada yang mengawasi dan memantau, serta tanpa ditemani mahram ketika pergi ke pasar atau rumah sakit atau yang lainnya, hingga timbul berbagai musibah dan bencana yang menimpa manusia baik laki-laki atau perempuan.
14. Bersikap wajar dalam mengawasi isteri dan selalu mengambil jalan tengah antara memata-matai dan bersikap was-was dan antara sikap lalai dan cemburu buta.
5. Kemesraan, kebahagian dan ketenangan hidup isteri bersama suami adalah sesuatu yang paling mahal dan tidak ada yang bisa menandinginya walau dengan orang tua dan keluarga. Dengan modal itu segala problem kejiwaan dan gangguan mental seperti kesepian akibat jauh dari keluarga bisa terobati. Tidak sepantasnya seorang gadis menolak lamaran laki-laki yang sesuai dan cocok baik dari sisi agama, akhlak dan tabiat.

16. Seorang isteri wajib bersikap baik dan menaruh kasih sayang kepada keluarga dan kerabat suami karena demikian itu bagian dari berbuat baik kepada suaminya sehingga kecintaan suami kepadanya semakin dalam.
17. Sikap merugikan atau memperkeruh rumah tangga baik dari pihak suami atau isteri sebagai tanda hilangnya muru’ah dan adab yang bisa merusak popularitas dan nama baik pelakunya, sehingga dia menjadi orang yang dibenci dan dijauhi baik dari kalangan orang dekat, orang jauh, tetangga dan teman karib.
20. Memilih tetangga yang baik dan menjauhi tentangga yang buruk, terutama menjauhkan isteri dan anak sebab tetangga bisa memberi pengaruh besar baik dari sisi kebaikan dan keburukan. Rasulullah telah menafikan iman dari orang yang tidak memberi rasa aman kepada tetangganya

21. Ketika seorang isteri tidak taat, membangkang dan berperangai buruk maka sang suami boleh menggunakan kekuasaannya sesuai dengan ketentuan syariat sebagai berikut:Langkah pertama, memberi nasihat dengan baik.Langkah kedua, jika tidak mau menerima nasihat maka ia boleh mengangkat penengah untuk mendamaikan pihak yang sedang sengketa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar